Minggu, 18 Maret 2012

CARA PENARIKAN SIMPULAN PENALARAN YANG SALAH

Menurut Asworth penarikan kesimpulan adalah konsep terpenting dalam logika. Penarikan kesimpulan ini bisa juga disebut sebagai consequentia atau inference. Hal ini penting untuk mencegah orang mengambil kesimpulan yang salah(fallacies) juga dengan berdasarkan pada premis yang salah. Di dalam ilmu pengetahuan ataupun ilmu filsafat moral, orang dilatih untuk bertindak seturut dengan implikasi logis(logical implications)dari kondisi-kondisi yang ada.

Misalnya, orang baru bisa mengambil kesimpulan yang tepat, jika salah satu premis yang membentuk kesimpulan itu juga universal. Dan, jika orang menepati janji, maka ia harus menepatinya. Itulah tindakan-tindakan yang mengikuti implikasi logis dari tindakan sebelumnya. Kesimpulan yang ditarik secara logis berarti kesimpulan yang sahih(valid). Kesimpulan sahih dalam arti ini adalah kesimpulan yang ditarik dari premis yang sudah terbukti benar. Maka kesimpulan tersebut tidak mungkin salah, karena premis yang mendasarinya juga terbukti benar. Namun, menurut Asworth ada dua masalah terkait dengan argumen ini. Yang pertama adalah fakta didalam logika, bahwa apa yang logis belum tentu benar. Apa yang merupakan kesimpulan logis dari premis-premis yang sudah terbukti benar tidak menjamin kebenaran dari penarikan kesimpulan itu melainkan hanya kesahihan logikanya. Coba kita ambil contoh yang paling sederhana, Andi orang jawa. Semua orang jawa berambut hitam. Lalu dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Andi berambut hitam. Hal ini memang logis namun apakah pasti benar?

Permasalahan diatas coba diatasi dengan menambahkan satu kalimat , yakni "jika" dan "hanya jika". Namun, menurut Asworth hal ini pun bermasalah konsep "jika dan hanya jika" menandakan suatu kondisi. Artinya, suatu teori atau pernyataan baru terbukti benar, jika kondisi yang memungkinkannya juga ada. Misalnya saya berkata bahwa hari ini pasti hujan, "jika dan hanya jika" awan berat karena mengandung air dan siap menuang hujan ke daratan. Jika awan tidak berat karena air maka hujan tidak akan terjadi.

Ini adalah contoh yang sederhana, masalah muncul ketika kita mencoba membahas teori yang lebih rumit. Misalnya pernyataan berikut; ekonomi pasar bebas hanya akan berjalan dengan baik, jika setiap orang bertindak dengan mengacu pada kepentingan diri yang tercerahkan. Masalahnya adalah cara berpikir dengan mengacu pada kepentingan diri yang tercerahkan hampir tidak mungkin terwujud secara murni didalam realitas. Artinya pernyataan diatas sama sekali tidak bisa diterapkan dalam realitas.

Cara berpikir dengan menggunakan logika sebagai metode ini juga banyak diterapkan dalam teologi, yakni upaya rasional manusia untuk memahami Tuhan. Dalam arti ini logika bukan soal pencarian kebenaran, melainkan suatu tehnik berpikir untuk menarik kesimpulan logis berdasarkan premis-premis yang bisa dipertanggungjawabkan. Memang dalam teori ini, seperti yang dikatakan oleh Agustinus, apa yang logis dan apa yang benar haruslah dibedakan. "Pengetahuan diperoleh dari penarikan kesimpulan logis, definisi, dan divisi", demikian tulis Agustinus, "dapat memberikan bantuan besar di dalam proses pemahaman, selama orang tidak membuat kesalahan dengan berpikir bahwa dengan mempelajari itu sama dengan telah mempelaajari kebenaran dari hidup yang suci". Dari sini dapatlah disimpulkan, bahwa logika adalah alat berpikir

referensi: http://gicara.com/bahasa/logika-penarikan-kesimpulan.html#